Mengungkap Dalang Dibalik Peristiwa Mei 1998

SESION I



Mulanya, 4 Perwira Polisi Hilang Misterius
Seorang mahasiswa mengangkat kedua tangannya di depan barisan tentara saat kerusuhan di sekitar Jembatan Semanggi (© TEMPO/ Rully Kesuma)

Bulan Mei 1998, sejarah dunia mencatat gejolak di Indonesia. Gejolak yang berujung pada jatuhnya Presiden Soeharto. Aksi kerusuhan massa, penjarahan, dan pemerkosaan juga berlangsung dengan brutal. Reformasi terus bergulir, namun pemicu kerusuhan yang sebenarnya masih bersembunyi di balik debu. Laporan investigasi Susan Berfield dan Dewi Loveard dari Asiaweek mengungkap, kerusuhan itu memang ada yang mendalangi. Keduanya menyimpulkan, kerusuhan itu adalah hasil sebuah aksi yang terencana rapi. Berikut intisarinya. 

‘’SEPULUH hari yang mengoyak Indonesia.’’ Begitu majalah berita terkemuka di Asia itu menyebut huru-hara yang menimpa Indonesia selama Mei lalu. Kisah ini dimulai bergeraknya jarum jam pada 12 Mei. Jarum jam itu berhenti ketika 4 mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, ditembak mati oleh oknum aparat keamanan.

Dalam tempo 24 jam, insiden penembakan itu membakar amarah massa. Di tengah situasi itu pula, sebuah program anti-Cina dilancarkan. Api pun melahap Jakarta. Warga keturunan Cina berlarian meninggalkan ibu kota. Jakarta tidak ubahnya sebuah ‘’zona perang.’’ Ujung-ujungnya, Presiden Soeharto pun dipaksa mundur. Tetapi, arah nasib bangsa ini pun belum jelas. 
Sampai detik terjadinya kerusuhan –batu merajam bangunan mewah dan api melahap mobil-mobil–, rakyat semula banyak mengira itu sebuah spontanitas massa. Massa yang marah terhadap penguasa yang terlalu lama memerintah. Tetapi, apakah bangsa ini sudah sedemikian brutal? 
Sejarah Indonesia memang beberapa kali mencatat noda hitam aksi kekerasan. Namun, siapa penggeraknya, hampir tidak pernah diidentifikasi secara jelas. Itulah sosok-sosok ‘’pemimpin bayangan’’. Siapa mereka, tidak seorang pun berani membuka mulut. Sebab, mereka adalah orang-orang superkuat, yang hukum pun seolah anti menjamahnya. 
Kali ini, insiden Trisakti itu memberikan gambaran riil. Dua orang oknum polisi diajukan ke pengadilan militer sebagai pesakitan. Tetapi, benarkah mereka pelakunya? Jujur saja, sebagian rakyat Indonesia percaya bahwa para terdakwa itu hanya ‘’kambing hitam’’. Pengadilan militer itu hanya bagian sebuah upaya melindungi kepentingan militer yang lebih besar. 
Hasil investigasi sebulan penuh Asiaweek –termasuk wawancara dengan beberapa perwira militer, pengacara, aktivis hak asasi manusia (HAM), para korban, dan saksi mata– menyimpulkan, penembakan Trisakti, kerusuhan, penjarahan, dan aksi pemerkosaan terhadap para wanita Cina itu benar-benar sudah direncanakan. 
Di antara bukti yang didapat selama investigasi itu adalah hilangnya empat perwira polisi lengkap dengan seragamnya beberapa hari sebelum penembakan itu terjadi. Lagi pula, peluru yang diambil dari tubuh korban Trisakti itu bukanlah peluru resmi milik kepolisian. 
Belum cukup di situ. Bukti lain menyatakan bahwa dua orang lelaki, yang kini dalam persembunyian, mengakui bahwa mereka sengaja direkrut untuk memancing kerusuhan. Bahkan, sumber-sumber militer mengatakan bahwa untuk kali pertama mereka berhasil menyadap arus komunikasi beberapa markas AD di Jakarta dengan kelompok-kelompok provokator pada 14 Mei lalu. 
Pertanyaannya, bila kerusuhan itu sengaja digerakkan, tentu pasti ada dalangnya. Identitas si dalang ini memang tidak pernah gamblang. Namun, salah seorang yang disebut-sebut terkait dengan serangkaian aksi kerusuhan itu adalah menantu Soeharto, Letjen TNI Prabowo Subianto, yang saat itu menjabat Pangkostrad. Bahkan, beberapa kalangan menilai, keterlibatan Prabowo itu sudah kelewat jelas. 
Namun, Fadli Zon –aktivis muslim yang dekat dengan Prabowo– menilai, sang letjen itu hanyalah korban ‘’pembunuhan karakter’’. Beberapa hari setelah kerusuhan itu, Prabowo menyangkal terlibat dalam kerusuhan itu. Lewat perantaranya, Juni lalu dia menyatakan siap diwawancarai Asiaweek. Tetapi, sampai kini janji wawancara itu tidak pernah terwujud. 
Mengapa harus Prabowo? Banyak alasan yang mendukung tudingan itu. Prabowo sudah luas dikenal sebagai sosok ambisius. Dia memiliki berbagai sarana untuk menyulut kerusuhan itu. Dengan posisinya, dia juga mampu memerintahkan beberapa pemuda yang tak berdaya melawan perintah, termasuk beberapa oknum dari organisasi paramiliter yang dikenal jago menyulut kerusuhan.
Para preman, gangster, oknum paramiliter, dan beberapa perkumpulan pemuda melaksanakan saja apa yang dia perintahkan. Beberapa di antaranya, seperti Pemuda Pancasila, memang sudah mapan. Sumber-sumber militer mencurigai bahwa keterlibatan organisasi lain dalam kerusuhan di Jakarta itu tidak lebih dari sebuah jaringan lokal yang dikepalai para preman yang direkrut dari berbagai provinsi untuk mengacau ibu kota. 
‘’Prabowo terobsesi keyakinannya bahwa satu-satunya cara bisa memerintah Indonesia adalah dengan tipu muslihat militer. Dengan cara itu, dia yakin bisa meraih kekuasaan seperti mertuanya meraih kekuasaan dari Soekarno,’’ ujar salah seorang perwira militer senior.
Dia menjelaskan, Prabowo sengaja menciptakan kerusuhan itu dengan harapan rivalnya, (saat itu) KSAD Jenderal TNI Wiranto, tidak mampu memulihkan keadaan. Harapan Prabowo adalah Soeharto, yang ketika kerusuhan terjadi berada di Mesir, memberlakukan undang-undang darurat. Sebagai panglima Kostrad, satuan inti siap tempur, Prabowo sangat yakin dialah yang bisa mengendalikan situasi. Inilah teorinya. 
Teori lain mengatakan, Prabowo sengaja menciptakan kerusuhan itu untuk menarik simpati Soeharto bahwa Prabowo mampu mengendalikan situasi yang tidak menentu. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? 
Prabowo kehilangan pelindung sekaligus komandonya. Negaranya menanggung kerugian yang jauh lebih besar. Setidaknya 1.188 orang tewas, sekitar 468 wanita diperkosa, 40 mal dan 2.470 toko ludes dimakan api, serta tidak kurang dari 1.119 mobil dibakar atau dirusak. 
Bagaimana sebenarnya peristiwa pilu ini terjadi?
Mari kita telusuri sepuluh hari yang mencekam dan mengguncang ibu kota itu. 

12 MEI: Sekitar pukul 10.30 WIB, mahasiswa mulai berkumpul di pelataran parkir di luar kampus Universitas Trisakti yang megah dengan bentuk M berlantai dua belas itu. Ini merupakan demo terbesar pertama yang dilaksanakan Trisakti. Mahasiswa yang ikut pun berasal dari bermacam golongan dan strata sosial. Ada anak-anak birokrat, pengusaha, diplomat, dan bahkan anak orang militer. 
Areal parkir, biasanya dipenuhi Kijang, Toyota, dan Peugeot, siang yang panas itu benar-benar dijejali mahasiswa yang protes. Beberapa saat sebelum jarum jam menunjukkan pukul 11.00 WIB, bendera Merah Putih dikerek setengah tiang. Sementara itu, mahasiswa dan dosen menyanyikan lagu kebangsaan. Lalu, mereka mengheningkan cipta sesaat sebelum akhirnya berteriak meminta Soeharto mundur. 
Pada pukul 12.30 WIB, sekitar 6.000 mahasiwa bergerak menuju jalan raya di sekitar kampus. Mereka bertekad melakukan long march menuju gedung DPR/MPR. Tiga wakil Trisakti –Dekan Fakultas Hukum Adi Andoyo Sutjipto, Kepala Satpam Kampus Arri Gunarsa, dan Ketua Senat Mahasiwa Julianto Hendro–melakukan negosiasi dengan aparat keamanan. Saat itu jarum jam sudah mendekati pukul 13.00 WIB. 
Perwakilan Trisakti itu meminta aparat mengizinkan mereka berjalan ke gedung wakil rakyat sejauh 5 km. Tetapi, permintaan itu tidak dikabulkan. Mahasiwa kecewa dan duduk-duduk sambil terus beraksi di jalanan. Julianto mengungkapkan penyesalannya karena keinginan bertemu wakil rakyat itu tidak terkabul. 
Aksi mahasiswa masih bertahan. Orasi, lagu kebangsaan, dan pekik protes terus berlangsung meski hujan mengguyur. Beberapa demonstran malah dengan akrab meletakkan bunga di pelatuk senapan para polisi yang berdinas. Sampai akhirnya terdengarlah kabar dari Golkar, kelompok yang merajai di DPR, bahwa tidak seorang pun sanggup menerima mereka. Berdiri tegak di tengah polisi dan rekan-rekannya, Julianto menyeru kepada mahasiswa yang kecewa. Meski kecewa, janganlah menyulut aksi kekerasan.

Sesion II


Seorang mahasiswa mengangkat kedua tangannya di depan barisan tentara saat kerusuhan di sekitar Jembatan Semanggi (© TEMPO/ Rully Kesuma)

Situasi Trisakti pada 12 Mei sore memang tampak tenang. Setelah gagal menuju gedung DPR/MPR, mahasiswa yang kecewa siap tidak menyulut aksi keributan. Pukul 15.00 WIB, Adi Andoyo kembali ke kantornya. Setengah jam kemudian, asistennya menelepon bahwa polisi mengancam akan memakai kekuatan bila 200 lebih mahasiswa itu masih di jalanan menggelar aksi dan tidak mau kembali ke kampus.
Pukul 16.15, kesepakatan pun tercapai. Mahasiswa dan polisi perlahan-lahan meninggalkan garis batas lima meter. Sebagian besar mahasiswa kembali ke kampus. Yang lain masih rileks di jalanan atau berkerumun di sekitar penjaja makanan yang ada di tepi jalan. Ketua Senat Mahasiswa Julianto Hendro tampak menenggak air kemasan.
Beberapa personel polisi juga memanfaatkan waktu dengan melepas ketegangan itu. Semuanya tampak tenang. Dan, Adi Andoyo pun bertolak pulang. Seperempat jam kemudian, 16.30 WIB, seorang lelaki yang berdiri di tengah kerumunan mahasiswa berteriak agar para mahasiswa menghentikan protes.
Mahasiswa meneriaki lelaki itu sebagai agen intelijen dan mulai menggebukinya ketika dia berusaha lari sejauh 50 meter menuju garis polisi. Baru kemudian diketahui bahwa lelaki itu bernama Masud, mahasiwa Trisakti yang drop-out. Polisi maupun militer tidak mengklaim Masud adalah orangnya.
Karena Masud, suasana menjadi tegang kembali. Namun, Kepala Satpam Trisakti Arri Gunarsa dan Julianto mengingatkan rekan-rekannya agar tetap tenang dan kembali ke kampus. Pada pukul 16.45 WIB, seorang letkol polisi menghentikan perundingan. Mahasiswa diberi deadline 15 menit agar meninggalkan jalan raya. Sekitar 100 mahasiswa menolak seruan itu dan tetap berdiri di depan barikade polisi.
Menurut Julianto, tiga atau empat polisi berusaha menghalau mereka agar mundur. Memang, mahasiswa berusaha terus merangsek, meski tidak sampai melewati garis batas mereka sendiri. Polisi mengklaim mahasiswa kemudian menyulut kericuhan. Tetapi, para saksi mata mengatakan bahwa suasana sebenarnya mulai tenang.
Sekitar pukul 17.20 WIB, seseorang meletupkan senjata ke udara. Polisi pun membalas dengan melepaskan tembakan gas air mata, memukulkan tongkatnya, dan menembakkan senjata. Mahasiwa berlarian berlindung di gedung-gedung sekitarnya dan di bawah payung penjaja minuman di pinggir jalan. Tetapi, polisi terus memburu mahasiswa hingga ke pintu gerbang kampus. Cukup sampai di pintu gerbang itu saja. Tetapi, peluru-peluru terus melesat. Sebutir peluru karet menghantam punggung Julianto yang saat itu sudah di depan kantor senat.
Menghadapi keadaan itu, dari dalam kampus, mahasiwa membalas dengan melemparkan botol dan batu ke arah polisi. Saat itu, mahasiwa yakin benar bahwa peluru yang diberondongkan kepada mereka adalah peluru karet. Mereka yakin bahwa polisi dan tentara pasti mengikuti prosedur dalam menangani aksi-aksi demonstrasi.
Itu terlihat jelas dalam satuan-satuan yang diturunkan untuk mengamankan aksi di Trisakti ini. Seperti pemakaian empat lapis kekuatan: polisi di depan dengan tameng, pelindung tubuh, dan pentungan; lapis kedua adalah polisi yang bersenjatakan gas air mata dan senapan stun (yang bisa membuat korban cuma pingsan); lapis ketiga adalah tentara dengan gas air mata dan senapan berpeluru karet; serta lapis keempat terdiri atas satuan khusus polisi dan tentara bersepeda motor yang bersenjatakan senapan air.
Pada hari itu, dua komandan polisi kemudian bersaksi bahwa personel sama sekali tidak memakai amunisi hidup, tetapi mereka membawa senapan laras Steyr AUG dan SS-1 yang diisi dengan peluru kosong dan 12 peluru karet, plus SS-1 yang masing-masing diisi lima gas kanister. Namun, ‘’seseorang’’ benar-benar memakai peluru nyata.
Beberapa saksi mata mengatakan, polisi berkendaraan sepeda motor melesat di atas jembatan layang yang membentang paralel antara kampus Trisakti dan jalan tol. Mereka mengenakan seragam polisi Brigade Mobil (Brimob). Kemudian, kedua perwira militer mengatakan kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bahwa sepekan sebelum demonstrasi itu, empat anggota unit Brimob raib bersama seragamnya.
Siapa pun para lelaki di jembatan layang itu, mereka benar-benar jitu membidikkan peluru nyatanya. Pukul 17.30 hingga pukul 18.00 WIB, empat mahasiswa gugur tertembus peluru di kepala, leher, dada, dan punggung.
Sementara itu, sebagian besar korban luka masih berhadapan dengan polisi. Mereka berusaha membuka barikade dengan melempari polisi dengan batu. Korban gugur pertama Hendriawan Sie, 20 tahun, kemudian dilarikan Arri secepatnya ke RS Sumber Waras yang terdekat. Sayang, nyawa Hendriawan yang lehernya tertembus peluru saat berada di balik pintu gerbang kampus itu tidak tertolong. Darah terus mengucur dari lehernya. Dalam perjalanan menuju kampus itulah, dia gugur.
Elang Mulya Lesmana, 19 tahun, ditembak di dada dan langsung tewas di kampus. Hafidhin Royan, 21 tahun, ditembak di kepala dan meninggal di rumah sakit. Lalu, Hery Hartanto, 21 tahun, ditembak di punggung ketika dia berhenti berlari untuk membersihkan perih di matanya yang terkena gas. Dia meninggal di kampus itu.
Menurut kepolisian dan seorang sumber yang dekat dengan militer, peluru yang dipakai membunuh empat mahasiwa itu jenis 5,56 mm MU5 yang dilesatkan dari senapan laras Steyr AUG. Padahal, aparat polisi yang diterjunkan untuk mengamankan demo Trisakti itu dibekali MU4.
Hasil yang menguatkan polisi tidak terlibat dalam insiden pembunuhan itu tidak lain berupa bukti peluru yang diambil dari jasad Hery pada 7 Juni lalu. Satu-satunya bukti kuat bahwa polisi memang tidak terlibat.
Empat nyawa sudah melayang. Tetapi, mahasiwa masih mendengar tembakan sporadis pada pukul 18.00 hingga pukul 19.00 WIB. Beberapa saat kemudian, korban terakhir bernama Sofyan Rachman ambruk ke tanah. Hingga sekarang, Sofyan masih berada dalam perawatan intensif untuk memulihan luka di dada yang juga menggores ginjalnya.
Pukul 20.00 WIB, Intan, mahasiswi fakultas hukum, keluar dari kampus dengan mengenakan pakaian putih. Dia berteriak kepada polisi bahwa orang-orang di dalam kampus butuh pertolongan medis. Setelah itu, tembakan pun berhenti. Seketika itu pula, 35 orang terluka dilarikan ke rumah sakit, meski sebelumnya polisi menolak memberikan jaminan keamanan ambulans yang membawa para korban itu.

Selain itu, kata Arri, komandan polisi telah memberi tahu dia bahwa luka-luka mahasiswa tersebut tidak mengancam nyawa. Sebab, peluru yang dipakai terbuat dari karet.
Beberapa saat setelah penembakan Trisakti itu, kawasan etnis Cina di Sunter dalam keadaan siaga. Malam itu, Imam Suyitno –warga sipil yang sudah dilatih meminta bala bantuan tentara dalam keadaan darurat– diperintahkan mengorganisasi pemantauan keamanan. Dia berdiri mengawasi keadaan di pintu gerbang pusat perbelanjaan di kawasan itu bersama rekan-rekannya.
Seorang mahasiswa mengangkat kedua tangannya di depan barisan tentara saat kerusuhan di sekitar Jembatan Semanggi (© TEMPO/ Rully Kesuma)

Malam itu, mereka melihat sebuah truk AD yang berhenti di belakang supermarket. Sekitar 20 orang lelaki berpenampilan serem (garang) turun dari truk itu. Tetapi, kata Imam, sebelum turun, wajah-wajah sangar itu menerima sesuatu dari seorang lelaki. Lelaki ini kemudian lenyap ditelan kegelapan malam.
13 MEI: Pukul 09.15 WIB, ribuan mahasiswa menghadiri upacara belasungkawa di Trisakti. Sebuah tenda plastik bernoda darah berdiri di atas jalan setapak dekat Gedung M. Bendera berkibar setengah tiang. Di sana hampir semua tokoh pengkritik pemerintah hadir memberikan orasi. Kaum ‘’selebriti’’ politik Indonesia mengatakan, era baru segera datang. Setelah itu, kata saksi mata, keadaan berubah cepat.
Kerumunan massa yang ditolak masuk dan semula di depan pintu gerbang kampus kini mulai meruah dan melakukan keributan di jalanan. Mencium gelagat brutal itu, mahasiswa yang di lingkungan kampus bertekat tidak akan beranjak keluar menuruti seruan bergabung massa di luar. Massa pun mulai kalap. Mereka menghitamarangkan mobil-mobil yang diparkir dekat Mal Citraland. Dua boks gerbang pembayaran tol disulut api. Kerusuhan meluas di wilayah Jakarta Barat, lalu terus meluas.
Seorang mahasiswa mengangkat kedua tangannya di depan barisan tentara saat kerusuhan di sekitar Jembatan Semanggi (© TEMPO/ Rully Kesuma)
Ketika asap membumbung dari bangunan-bangunan Jakarta, pengacara kesohor Adnan Buyung Nasution dan Ketua YLBHI Bambang Widjoyanto menemui Prabowo di markas Kostrad. Mereka bicara selama 30 menit. Di hadapan Prabowo, Buyung dan Bambang menanyakan keterlibatan menantu Soeharto itu dalam insiden penculikan beberapa aktivis politik.
Buyung dan Bambang merasa perlu menanyakan hal itu didasari pikiran bahwa adanya konflik antara Prabowo dan Wiranto. Di hadapan dua praktisi hukum senior itu, Prabowo bersumpah tidak tahu-menahu soal penculikan para aktivis tersebut. Prabowo juga menolak dugaan bahwa dia berseteru dengan Wiranto.
Kerusuhan terus meluas di luaran. Pada pukul 16.00 hingga pukul 17.00 WIB, kata seorang perwira tinggi, Wiranto memerintahkan (kala itu) Pangdam Jaya Mayjen Syafrie Syamsuddin agar mengirim pasukan untuk mengontrol aksi kerusuhan yang kian luas itu. Syafrie benar-benar menurunkan pasukannya di jalan-jalan. Namun, ternyata dia tidak memberangkatkan atau menempatkan pasukannya di beberapa wilayah yang sebenarnya sangat membutuhkan. Bahkan, dia tidak memberikan perintah yang jelas kepada pasukannya itu.
Menurut sumber perwira tinggi itu, Syafrie malah membuat pasukannya bingung. Mereka yang bermarkas di wilayah barat di Jakarta diperintahkan pergi mengamankan di wilayah timur, dan sebaliknya. Saat itulah Prabowo mendesak Wiranto agar memberinya izin menurunkan unit pasukan elite cadangan di ibu kota. Tetapi, Wiranto menolak.
Sekitar pukul 19.00 WIB, Wiranto melakukan inspeksi dengan Syafrie. Saat itulah, Wiranto merasa tidak cocok terhadap tindakan yang dilakukan Syafrie. Karena itu, Wiranto kemudian meminta Pangdam Diponegoro mengirim pasukan ke Jakarta.
Padahal, perjalanan menuju Jakarta butuh waktu sehari penuh. Prabowo dan perwira-perwira yang loyal kepadanya, seperti Syafrie, masih bisa mengontrol sebagian besar wilayah Jakarta sebelum kehadiran pasukan dari Jawa Tengah. Sumber-sumber intern mengatakan, Wiranto memang sengaja tidak menurunkan sejumlah pasukan yang loyal kepadanya karena cemas akan terjadi bentrokan bersenjata dengan pasukan Prabowo.

Sesion III


Kelompok Perusuh Itu Dipandu Frekuensi Khusus
Kerusuhan di Jakarta pada 13 Mei 1998 itu benar-benar mencekam. Pengendalian huru-hara itu pun terkesan tidak terpadu sehingga membuka pintu bagi aksi-aksi lain di wilayah ibu kota. Jakarta merana, merah padam disulut api oleh orang-orang kalap. Di tengah kegerahan inilah, beberapa WNI Tionghoa meronta karena diperlakukan tidak manusiawi.
PUKUL 18.30 WIB: Susi, mahasiswi salah satu perguruan tinggi di kawasan Jakarta Pusat, berniat pulang. Seperti biasa, Susi menumpang sebuah bus dengan rute yang melintasi Citraland dan Universitas Trisakti. Ketika bus sampai di Mal Citraland, puluhan massa mengepung dan memaksa sopir menghentikan busnya. Massa meneriaki seluruh penumpang agar turun. Bila tidak mau, mereka pun siap membakar bus itu.
Akhirnya, sekitar 50 penumpang bus tersebut turun juga. Tetapi, massa yang kalap itu masih juga membakar bus tersebut. Tidak ada cara lain bagi Susi kecuali pulang dengan berjalan kaki. Dicekam ketakutan, langkah mahasiswi keturunan Cina ini kian cepat. Seolah dia dikejar seseorang. Menyusuri kegelapan malam, tidak ada lentera kecuali nyala dan jilat api mobil serta sepeda motor yang dibakar di jalan.
Kerumunan massa semakin brutal. Jumlah mereka sudah mencapai ratusan. Seolah berpesta, mereka membabi buta melakukan perusakan. Sedangkan ratusan lainnya menatap di pinggir jalan. Seorang lelaki tak bersenjata berusaha merampok Susi. Namun, mahasiswi ini berusaha bertahan untuk tidak menyerahkan dompetnya.
Susi berlari kencang. Lelaki yang bermaksud jahat itu pun mengejarnya. Ketika lelaki itu mendekat, Susi berusaha mencari perlindungan dengan merangkul seorang lelaki yang dekat dengannya. Lelaki itu bernama Wahyu. Wahyu mengaku tak mampu memberikan perlindungan kepada Susi. Dengan demikian, lelaki jahat itu pun dengan gampang meminta uang Susi.
Susi bersumpah hanya punya uang Rp 10 ribu. Menurut Susi, uang sejumlah itu pun diambil oleh lelaki tadi. Malahan, dia masih mengumpat Susi dengan kata-kata, ’’Gadis Cina edan.’’
Wahyu memikirkan cara bagaimana menyelamatkan Susi. Akhirnya, dia memberikan topinya kepada Susi. Mahasiswi ini kemudian menutupi raut wajahnya dengan topi itu sesuai dengan saran Wahyu.

Karena sama-sama satu arah, Wahyu dan Susi berjalan bersama. Di perjalanan, Susi mengatakan melihat sebuah mobil dibakar bersama penumpangnya. Dia juga mendengar pekikan ’’Enyahkan Cina.’’ Di seberang jalan, dia malah menatap gadis-gadis yang sudah ditelanjangi. Orang berusaha melihat, tetapi Susi berusaha tak acuh.
Sekitar pukul 21.00 WIB, Susi dan Wahyu berhasil meninggalkan jalan yang mencekam tadi. Mereka kemudian berhenti di sebuah kedai teh. Anak lelaki pemilik kedai datang. Dia baru saja melihat kerusuhan di jalan. Anak pemilik kedai ini mengatakan bahwa mereka (massa) sudah melakukan perbuatan yang mengerikan bagi warga keturunan Cina.
Suami-istri pemilik kedai teh itu menawarkan inapan. Susi pun tak bisa menampik. Pagi-pagi sekali, mereka menghubungi seorang temannya untuk mengantarkan Susi pulang. Sebelum pulang, suami-istri itu menyodorkan jilbab agar Susi mau memakainya. Tetapi, Susi lebih suka memakai topi pemberian Wahyu. Ketika jarum jam siap menyentuh 09.30 WIB (14 Mei), Susi tiba dengan selamat di rumah.
Tetapi, dia tidak lagi bisa menyaksikan pemandangan yang serupa dengan pemandangan saat dia berangkat ke kampus sehari sebelumnya. Soalnya, toko-toko yang ada di sekitarnya sudah jadi arang. Toko-toko yang ditempeli tulisan ’’Milik Muslim’’ di pintu maupun pintu gerbang umumnya selamat. Namun, ibu Susi –yang membuka toko kosmetik– tidak mau memasang tulisan itu. Sepekan setelah peristiwa itu, warga di lingkungan Susi tinggal mengorganisasikan pengamanan bersama setiap malam. Masing-masing orang melengkapi diri dengan alat pengaman, dari stik golf sampai pedang samurai.
Hampir bersamaan dengan waktu Susi meninggalkan kampus tadi, seorang pengusaha keturunan Cina tiba di rumahnya di Jembatan Lima, kawasan yang didominasi etnis Cina. Istri pengusaha itulah yang meminta sang suami secepatnya pulang. Sang istri itu merasa ngeri melihat kerumunan orang yang tidak dia kenal dan berteriak di jalanan sambil membawa batu.
Ipar lelaki pengusaha itu mengaku melihat sekitar lima orang berpenampilan serem melempar jendela-jendela bangunan dengan batu untuk menarik perhatian. Ketika gelombang massa mulai berdatangan dari kampung sekitarnya, kelima orang berpenampilan garang itu mempengaruhi massa agar masuk sebuah gudang air mineral. Massa diserukan agar mengambil apa saja yang mereka suka, lalu bakar benda-benda yang tidak bisa dibawa.
Lalu, kelima orang tadi berteriak, ’’Mari kita serbu tempat lain!’’ Dan, massa yang kesetanan itu pun pergi. Malam itu juga bank di wilayah itu dirusak, mobil-mobil dibakar, dan sebuah toko emas habis dikuras. Sebuah pasar makanan juga dihancurkan. Warga menelepon pos polisi dan militer untuk meminta bantuan. Tapi, tak seorang pun menjawab panggilan telepon itu.
Menjelang tengah malam, ujar seorang relawan kemanusiaan bernama Karyo, seorang godfather memberikan perintah kepada sekumpulan anggota geng anak muda dan pecandu narkotika agar bertemu pagi harinya untuk merayakan ’’pesta jalanan.’’ Karyo mengakui tahu soal perintah itu karena salah seorang dari anggota geng tadi memberi tahu dia.
Kepada Karyo, pemuda itu mengatakan bahwa perintah godfather tidak mungkin ditolak. Pemuda itu diminta mengenakan seragam sekolah, lalu datang ke kawasan Klender untuk memancing perkelahian. Namun, tutur Karyo, pemuda itu pisah dengan kelompoknya sebelum sampai di tujuan.



14 MEI: Sekitar pukul 02.00 dini hari, kata seorang perwira militer, (kala itu) Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie Syamsoeddin mengeluarkan instruksi bagi kelompok-kelompok yang ada di jalanan. Sepanjang hari itu, orang-orang di markas Sjafrie mendengar perintah ke mana orang-orang di jalanan itu harus pergi. Akhirnya, frekuensi radio itu berhasil di-jam (dicegat). Padahal, hanya satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan intelijen AD- lah yang bisa melakukannya.
Seorang mahasiswa mengangkat kedua tangannya di depan barisan tentara saat kerusuhan di sekitar Jembatan Semanggi (© TEMPO/ Rully Kesuma)
Menurut sumber lain yang juga militer, setelah fajar, gangsters dari Lampung, Sumatera Selatan, dipandu memasuki wilayah ibu kota oleh pasukan Kopassus –satuan yang dipimpin Prabowo mulai 1995 sampai Februari lalu. Seorang pegawai sipil di markas militer mengatakan, sepekan sebelum kerusuhan meletus, ratusan pemuda Timtim dibawa dan dilatih oleh Kopassus. Mereka dibawa dengan pesawat carteran dari Dili ke Yogyakarta. Dari Yogyakarta, ratusan pemuda Timtim itu dibawa ke Jakarta dengan kereta api.
Saat dimintai konfirmasi oleh Asiaweek, maskapai yang mengangkut pemuda Timor Timur itu menolak buka suara. Menurut mereka, adalah kebijakan untuk tidak membicarakan penerbangan tersebut.

Pagi-pagi sekali, Karyo menerima telepon dari seorang tak dikenal. Menurut si penelepon, hari itu Jatinegara Plaza di kawasan Jakarta Timur akan dibakar. Saksi mata mengatakan, setelah telepon itu, delapan lelaki tiba di Jatinegara. Seorang di antara mereka berusaha menarik perhatian massa dari kampung sekitar dengan membakar ban mobil. Ketika massa sudah berkumpul, empat dari delapan lelaki tadi mengajak mereka menuju plaza yang sedang melakukan aktivitas bisnis. Mereka merusak, tapi aparat keamanan hanya bisa menatap.
Beberapa jam kemudian, seseorang menembakkan gas air mata di lantai dasar Jatinegara Plaza. Dua saksi mata melihat, saat itu seorang lelaki menyiramkan bensin di pintu masuk, lalu membakarnya. Di lantai tiga, seorang lelaki lain terlihat membakar gulungan kain. Dia lalu meninggalkan tempat itu dengan turun melewati pipa udara. Sebanyak 70 orang, termasuk beberapa pekerja di plaza itu, tewas terbakar. Namun, satuan pemadam kebakaran dan polisi tidak bereaksi.
Seorang mahasiswa mengangkat kedua tangannya di depan barisan tentara saat kerusuhan di sekitar Jembatan Semanggi (© TEMPO/ Rully Kesuma)
Bergerak jauh ke arah timur Klender, Yogya Plaza juga diserbu. Saksi mata mengatakan, sekelompok lelaki memimpin massa yang ada di jalanan dan mempersilakan mereka mengambil apa pun yang mereka suka. Sekelompok lelaki penyulut tadi berpotongan rambut cepak, badan tegap, dibungkus jaket hitam. Lelaki-lelaki ini mengaku sebagai mahasiswa.
Setelah beberapa jam menyerbu, merusak, dan menjarah Yogya Plaza, seorang di antara lelaki tadi berteriak kepada para penjarah agar secepatnya keluar dari plaza itu. Lalu, lelaki ini dan tiga rekannya mencelupkan sepotong kain lebar ke dalam bensin, kemudian menyulutnya dengan korek api. Kain yang terbakar itu dilemparkan ke plaza. Lelaki-lelaki berjaket hitam itu pun pergi. Tapi, sekitar 100 orang mati terpanggang.
Di Jakarta Barat, massa berkumpul di Meruya. Mereka sudah mendengar rumor bahwa pasar di wilayah tetangga akan dijadikan abu. Beberapa saat kemudian, kata saksi mata, dua minibus tiba di Meruya. Dua minibus itu mengangkut para lelaki berseragam sekolah. Ada kejanggalan. Lelaki-lelaki berseragam itu sebenarnya sudah tidak tampak sebagai pemuda belasan tahun. Lelaki-lelaki berseragam ini memakai bom molotov untuk menyulut api. Api menjalar. Lelaki-lelaki berseragam itu pun cepat lenyap.
Masih pagi hari pada 14 Mei, sekelompok lelaki yang tampak terlalu tua dan terlalu besar untuk mengenakan seragam SMU, mulai memancing keributan dengan berkelahi di jalan raya utama Sunter. Mereka kemudian juga mulai membakar ban-ban. Setidaknya, tiga pengendara sepeda motor terlihat berputar-putar di sekelilingnya. Seolah tampak kebingungan.
Saat itu, Suyitno –penghubung militer-warga– menunjukkan satu arah kepada pengendara sepeda motor tadi. Namun, para pengendara itu malah memacu sepeda motornya menjauh. Sejak kerusuhan meletup, sudah dua hari Suyitno melakukan kontak dengan pos komando militer setempat. Saat kontak itu, kata Suyitno, seseorang di markas memberi tahu dia, ’’Bila kamu dilempari batu oleh para perusuh, balaslah dengan senyum. Saya perintahkan kamu hanya tersenyum, cukup itu saja.’’
Para perwira di wilayah Sunter mengaku juga menerima perintah yang sama dengan Suyitno. Beberapa mengaku sama sekali tidak menerima perintah. Ketika beberapa perwira berinisiatif melapor kepada atasan tentang aksi yang kian meluas, mereka hanya dibalas dengan perintah agar tetap siaga. Menjawab fenomena aneh ini, seorang perwira berkata kepada Suyitno, ’’Saya rasa sama-sama ada ketidakjelasan perintah di Jatinegara dan Klender.’’
Sementara itu, kata seorang sumber yang dekat dengan (saat itu) Kapolda Mayjen Hamami Nata, beberapa satuan polisi diminta berkumpul di markas, tapi diperintahkan tetap di tempat. Menurut sumber itu, hampir semua polisi di sana tidak ada yang berani meninggalkan tempat karena mereka tidak yakin benar perintah siapa yang akan diikuti. Satuan pemadam kebakaran juga diperintahkan agar tidak bekerja.
Glodok Plaza, kawasan komersial yang berdiri megah di tengah Jakarta itu, akhirnya juga tidak luput dari serangan api dan serbuan batu. Muladi, seorang satpam, menyaksikan sendiri bagaimana aksi perusakan dan penjarahan itu terjadi. Saat itu sekitar pukul 16.00 WIB, Muladi melihat lebih dari 2.000 orang dengan tas-tas penuh batu dan alat pencongkel pintu secara paksa bergerak menuju Glodok.

Beberapa orang lain membawa bom molotov. Polisi memberikan tembakan ke udara sebagai peringatan, tapi massa tidak menggubris. Polisi kemudian tampak pasrah dan minggir. Glodok Plaza diserbu, dijarah, dan dilumatkan. Orang-orang tampak bersemangat mengusung komputer, kulkas, televisi, dan barang lain dari pusat perbelanjaan elektronik itu. Pesta itu terus berlangsung sebelum api mulai tampak melahap sekitar pukul 19.00 WIB. Tidak tampak seorang pun berusaha memadamkan kobaran api.
’’Lebih mengerikan dibandingkan dengan perang karena kami tak bisa meminta bala bantuan,’’ kenang Muladi.
Sebelum Glodok Plaza dirajam api, petangnya, si jago merah juga melahap rumah seorang pengusaha keturunan Cina yang ada di wilayah tetangganya. Massa meruak masuk, mengambil barang-barang dari rumah itu. Saat itu, sejumlah personel militer hanya bisa menatap. Sedangkan si pengusaha yang cemas terpaksa tertahan di jalanan. Dia menggigil ketakutan ketika massa berteriak untuk menghancurkan rumahnya.
Akhirnya, dia pun terpaksa menyusuri tapak jalan dengan berjalan kaki. Baru menjelang tengah malam, dia sampai di kediamannya yang sudah menjadi arang. Dia hanya bisa menatap sisa-sisa miliknya disantap api. Baru pada pagi hari, konglomerat ini bisa memasuki areal rumahnya dengan ditemani dua orang perwira polisi militer. Lantai satu dan dua rumah itu sudah rata dengan tanah.
Dengan perasaan pedih, dia naik ke tangga tiga yang selama itu dijadikan apartemen keluarga. Ternyata, di sana tidak kalah mengenaskan. Perabot mahal yang ada di ruang tamu amblas. Di kamar tidur, di atas ranjang, lelaki pengusaha itu mendapati istrinya sudah tewas terpanggang. Di kolong ranjang, anak gadisnya yang berusia 17 tahun juga sudah menjadi mayat. Sementara itu, kakak wanita gadis itu yang berusia 18 tahun pun sudah tidak bernyawa. Jasadnya ada di lemari pakaian dengan tangan menggengam telepon selular dan Injil.
Menurut Rosita Noer, dokter yang juga aktivis hak asasi manusia, sepanjang hari pada 14 Mei itu, setidaknya, sudah 468 wanita diserang sekelompok lelaki di 15 tempat. Di 10 wilayah, sekelompok wanita juga dikerjai. Umumnya, korban diserang ketika berada di toko, rumah, dan di dalam mobil mereka.
Yang memilukan, justru pelaku kerap memperlakukan korban secara tidak manusiawi. Mereka menelanjangi, lalu melihat tubuh wanita-wanita korbannya. Beberapa lagi malah memperkosanya. Para pelaku itu memang asing di mata korban, yang umumnya keturunan Cina. Korban lain diperkirakan akibat salah sasaran karena mirip Cina atau bekerja pada keluarga keturunan Cina. Sedikitnya, 20 wanita tewas atau dibunuh setelah diperkosa itu, beberapa lagi nekat bunuh diri.
Menurut penuturan Ita Nadia, Kepala Pusat Studi Wanita Kalyanamitra, telah terjadi 10 lelaki memaksa beberapa wanita masuk ke sebuah rumah. Di sana, mereka mengobrak-abrik isi rumah itu, lalu menelentangkan korbannya. Mereka memperkosa ibu dan anak perempuan di depan ayah dan anak lelakinya. Seorang nenek mengaku melihat kemaluan cucu wanitanya ditusuk dengan botol.

Di tempat lain, seorang ibu mencoba bunuh diri karena tidak tahan melihat anak gadisnya yang berusia belasan tahun diperkosa di hadapannya. Seorang ayah malah memberi anaknya Baygon untuk memudahkan jalan anak gadisnya itu bunuh diri setelah dia diperkosa. Juga, seorang ibu yang mengidap serangan jantung langsung tewas begitu mendengar anak gadisnya telah diperkosa.

Di sebuah apartemen berlantai 15 di kawasan Pluit, Jakarta Utara, beberapa kelompok lelaki bergerak secara sistematis menyerang wanita-wanita Cina yang ada di setiap lantai. Aksi ini dimulai pukul 09.00 WIB sampai petang hari. Para lelaki itu bisa bergerak leluasa karena mereka benar-benar sudah menguasai apartemen itu. Diperkirakan, mereka sudah memperkosa lebih dari 40 gadis dan wanita.
Prabowo Tegang, tapi Bisa Kendalikan Diri
Tiga gadis bersaudara sedang menunggu toko milik keluarga ketika tujuh lelaki berkulit legam dan tegap yang tidak mereka kenal menyerang sekitar pukul 16.00 WIB. Gadis-gadis itu kemudian berhamburan menuju apartemen mereka di lantai tiga. Lelaki-lelaki tersebut memburu dan berhasil menangkap mereka. Dua gadis termuda diperkosa, sedangkan si sulung hanya diberi tahu bahwa dia terlalu tua untuk dimangsa.
Lalu, mereka menyulut lantai dasar apartemen itu dengan api. Dua gadis yang mahkotanya sudah direnggut paksa tadi didorong ke dalam kobaran api dan tewas. Namun, si sulung dapat diselamatkan oleh para tetangga. Tidak berhenti di sini, kekerasan dan pemerkosaan terus menjalar ke segenap wilayah itu. Menjelang pukul 19.00 WIB, sejumlah wanita telah diperkosa dan kawasan itu dibumihanguskan.
Di tiga kawasan pecinan di Jakarta Barat, antara pukul 17.00 hingga 20.00 WIB, sejumlah lelaki menyeret ratusan gadis ke jalanan, menelanjangi, dan memaksa mereka menari bersama massa. Menurut Dokter Noer, 20 orang diperkosa dan beberapa lagi dibakar hidup-hidup. Dokter wanita itu juga mengakui dirinya tengah mempelajari kasus perkosaan enam gadis berusia 14–20 tahun di beberapa wilayah Jakarta. Empat di antara enam gadis itu mengaku telah digilir tujuh lelaki yang tidak mereka kenal. Malah, (maaf) wilayah kelamin gadis-gadis itu –mulai vagina sampai anus– dirobek hingga menganga.
‘’Secara fisik memang bisa disembuhkan. Tetapi, peristiwa ini akan menghantui mereka selamanya,’’ tutur Noer.
Jakarta masih mencekam. Pukul 19.30 WIB, Jenderal Wiranto muncul di layar televisi dan mengatakan bahwa aparat keamanan sudah berhasil mengendalikan situasi. Tetapi, tidak adanya aparat keamanan di jalan-jalan mendorong beberapa kedutaan asing menyerukan perintah evakuasi. Dan, ribuan warga asing –termasuk etnis Cina– mulai meninggalkan Jakarta yang membara dan berhias kebrutalan.
Ketika aksi perkosaan dan penjarahan masih berlangsung, Prabowo sedang berada di markas Kostrad. Di sana, menantu Soeharto itu sedang menerima utusan kelompok pemuda dan organisasi muslim. Menurut seseorang yang ada di tempat itu, Prabowo meminta mereka membantu menenangkan situasi dengan memberikan dukungan kepada Sjafrie.
Prabowo memang tegang, kata orang dekatnya, namun tampak masih bisa mengendalikan diri. Mereka memesan makanan dan santap malam bersama. Karena situasi masih kacau, pesanan makanan itu pun harus diambil dengan kendaraan bersenjata.
Sekitar pukul 01.00 WIB (15 Mei), Prabowo mengunjungi Ketua Umum PB NU KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di kediamannya. Lalu, Prabowo kembali ke markas Kostrad, yang ternyata kemudian hanya memberinya kesempatan bertahan di sana cuma hingga sepekan berikutnya.

15–19 MEI: Selama empat hari berikutnya, aksi kekerasan dan berbagai drama pilu itu masih menghantui jalanan. Pukul 04.40 WIB pada 15 Mei, Soeharto tiba dari Kairo, Mesir, dan mendarat di landasan militer Halim di kawasan Jakarta Timur. Konvoi yang terdiri atas 100 kendaraan bersenjata mengawal Soeharto menuju kediamannya di Cendana. Setelah itu, tank-tank Scorpion pertama dan beberapa batalion pasukan bergerak memasuki pusat kota.
Jalanan masih dihiasi pecahan kaca, mobil-mobil yang sudah jadi rongsokan arang, televisi yang porak-poranda, dan puing-puing barang yang sebelumnya begitu berharga. Bank, pusat perkantoran, gedung pemerintahan, dan sekolah-sekolah tutup. Hanya bandara internasional yang tetap melaksanakan aktivitas.
Di tengah kebisuan Jakarta itu, satuan pemadam kebakaran mulai beraksi memadamkan toko-toko dan bangunan-bangunan yang masih mengeluarkan asap. Seketika itu pula, mayat-mayat sudah bisa dihitung. Tapi, masih banyak yang belum terbilang. Para ayah sibuk mencari anaknya. Ibu-ibu berbondong ke rumah sakit untuk mengenali jasad-jasad, yang mungkin di antara mereka ada jasad suaminya. Sungguh sayang. Mayat-mayat itu tidak bisa lagi dikenali karena rusak terbakar. Akhirnya, korban-korban aksi kekerasan Mei ini dikubur masal.
Paramedis dari tim relawan untuk kemanusiaan berhasil menolong seorang lelaki yang terluka parah di luar markas militer, di kawasan Jakarta Timur. Lelaki itu kemudian dibawa paramedis tersebut ke posnya. Luka di kepala lelaki itu diobati. Di sana, kata Romo Sandyawan, –salah seorang pendiri tim relawan tersebut– lelaki itu mengakui bahwa dia telah direkrut dan dilatih bagaimana memancing kerusuhan.

Menurut lelaki itu, mula-mula dia menerima uang muka 2 dolar AS (perhitungan kurs rupiah saat itu sekitar Rp 35 ribu) dan diangkut ke Jatinegara oleh beberapa lelaki yang sulit dikenali. Lelaki ini juga berkata, dia direkrut dalam rombongan beranggota delapan orang dari Jawa Barat. Setelah dilatih, dia diberi batu dan bom molotov dari bensin. Menurut dia, dalam rombongan beranggota delapan orang tadi, mungkin dialah satu-satunya yang bertahan hidup akibat kerusuhan.
Romo Sandyawan menuturkan, pemuda dari Jawa Barat itu diasramakan dan dibrifing selama dua pekan di markas militer di pinggiran selatan Jakarta. Romo Sandyawan mengaku percaya pada penuturan pemuda itu, tetapi belum bisa menjamin penuh akurasinya karena pemuda tadi mengalami cedera syaraf.
Eksodus warga asing terus berlangsung. Ribuan WNI keturunan Cina dan warga asing lain bertolak lewat jalur udara. Jalur air juga tak haram, yang penting cepat keluar dari Jakarta. Pukul 05.00 WIB pada 17 Mei, seorang wanita asing dan bayi perempuannya dikawal menuju bandara dengan perlindungan diplomatik.
Di setiap ujung jalan, sopir selalu memberikan sinyal yang sudah disepakati. Dan, serdadu yang bersembunyi di balik barikadenya membiarkan mobil itu lewat. Beberapa orang yakin bahwa pasukan-pasukan itu pasti sudah diberi tahu agar tidak berdiri dan tampak dalam keadaan siaga penuh. Sebab, para komandannya tentu cemas akan terjadi serangan yang mungkin dari pasukan lain.

Pukul 10.00 WIB, pada 17 Mei, Prabowo mengunjungi rumah Hery Hartanto, mahasiswa Trisakti yang gugur ditembak pada aksi demo 12 Mei. Ketika orang tua Hery menatapnya, Prabowo mengangkat Alquran ke atas kepalanya dan bersumpah bahwa dirinya tidak memerintahkan pembunuhan di Trisakti itu. Ayah almarhum Hery, Sjahrir Muljo Utomo –yang juga seorang purnawirawan AD– mengaku tak tahu pasti: percaya atau tidak mempercayai sumpah Prabowo itu.

Ketika warga Jakarta mulai bersih-bersih, sekutu-sekutu Soeharto mulai kelimpungan mencari jalan menyelamatkan muka. Mereka pun berusaha meyakinkan Soeharto agar mundur. Para ketua parlemen (DPR) mulai berani bicara soal penyimpangan penguasa, tetapi meminta Soeharto mundur dengan jalan mereka adalah tidak konstitusional. Hal yang bisa mengancam munculnya konfrontasi antara militer dan parlemen.
Ketika tanda-tanda "pertentangan" itu dicemaskan terjadi, ketegangan muncul juga antara militer dan mahasiswa yang sudah merencanakan menggelar aksi masal sejuta orang pada 20 Mei. Wiranto memantapkan diri mendukung Soeharto. Namun, Wiranto juga meminta Soeharto membentuk kabinet baru dan melaksanakan reformasi.
Sementara itu, mahasiswa yang sudah makin berani setelah melihat Soeharto kian tak berdaya memutuskan siap menggelar aksi ke tempat yang telah memberikan amanah kepada Soeharto itu, apalagi kalau bukan gedung DPR/MPR. Mahasiswa demonstran gelombang pertama tiba diangkut kendaraan militer pada 19 Mei pagi hari. Mereka memakai jaket almamater dan menunjukkan identitas ketika melintasi pintu gerbang gedung wakil rakyat itu.
Pukul 11.00 WIB, tidak seperti biasanya, Soeharto muncul di layar televisi nasional. Membaca naskah, sosok yang sudah 32 tahun memerintah Indonesia itu bersumpah siap meninggalkan kantor sesegera mungkin. Dia juga menjanjikan pemilihan umum baru dengan undang-undang yang baru pula untuk mengisi keanggotaan parlemen. Saat itu pula, Soeharto berjanji bahwa antara dia dan Habibie (saat itu Wapres) tidak akan mencalonkan diri untuk periode jabatan berikutnya.

Faisal Ingatkan Habibie, Prabowo Berbahaya
Untuk mewujudkan semua rencana itu, Soeharto akan membentuk sebuah dewan yang merumuskan arah reformasi politik. Tetapi, mahasiswa yang sudah menduduki parlemen bersumpah tidak akan pergi, kecuali bila Soeharto mau mundur. Malam itu, sekitar 3.000 mahasiswa tetap bertahan di area DPR/MPR. Mereka tidur di tenda-tenda atau di atas tikar plastik. Para penyokong aksi mahasiswa ini, yang umumnya kalangan menengah, memberikan dukungan berupa makanan dan air kemasan.
Malam itu, menurut orang-orang dekatnya, Habibie menelepon Soeharto. Habibie mengungkapkan kecemasannya bahwa karier politik Pak Harto akan berakhir prematur pada esok hari yang sudah menjelang. Tetapi, Soeharto berjanji akan melaksanakan pemilu daripada menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden seperti Habibie.
Habibie, kata koleganya, sangat terluka. Dia yakin Soeharto tidak akan lama bertahan. Itulah satu-satunya pilihan saat itu. Sebab, cara-cara lain tampaknya sudah tidak rasional.


20–21 MEI: Beberapa jam menjelang fajar, Jakarta tampak sebagai kota di bawah pendudukan. Ratusan tentara bersenjata senapan laras dan tank-tank ringan serta personel artileri melakukan patroli di ibu kota. Jalan-jalan menuju Monumen Nasional (Monas), tempat yang sudah diplot sebagai venue aksi sejuta massa pada 20 Mei, sudah diblokade dengan kawat berduri dan artileri berat. Tidak ada jalan lain, aksi masal itu pun dibatalkan.
Sore itu, Wiranto menyarankan kepada Soeharto bahwa satu-satunya cara konstitusional transfer kekuasaan adalah menyerahkan jabatan presiden itu kepada Wapres Habibie. Wiranto kemudian mengajukan tiga tuntutan kepada Habibie. Yakni, dia tetap sebagai panglima ABRI, lalu Habibie harus komitmen terhadap reformasi, serta jabatan Prabowo harus diganti.
Tapi, kata sahabat dekatnya, Habibie sudah sekian lama mengenal Prabowo. Mereka berdua tinggal cukup lama di luar negeri. Mereka saling berbagi kepentingan dalam memajukan kepentingan muslim. Pendeknya, satu sama lain saling membutuhkan. Prabowo-lah yang banyak membantu Habibie bersahabat dengan para perwira senior.
Katakanlah, lanjut sumber tadi, dalam pekan genting itu Prabowo dan Habibie bekerja sama membujuk Soeharto agar mundur. Sebagai imbalan, Habibie siap memberi Prabowo jabatan kepala staf Angkatan Darat (KSAD).
Pukul 09.00 WIB pada 21 Mei, lewat siaran televisi nasional, Soeharto mengumumkan lengser keprabon. Setelah tiga dasawarsa lebih memerintah Indonesia, dia meminta maaf kepada rakyat atas segala kesalahan dan kekurangan. Dan, Habibie tampak ragu-ragu sebelum diambil sumpahnya sebagai presiden ketiga sejak Indonesia merdeka.
Hampir tengah malam setelah pengunduran Soeharto, Prabowo muncul di Istana Kepresidenan dengan pasukan siap tempur. Berbekal pistol otomatis dan beberapa truk pasukan Kostrad yang sudah menanggalkan tanda resimennya, Prabowo menagih jabatan KSAD yang sudah dijanjikan Habibie.

Saat itulah pengawal Habibie memanggil Wiranto dan Feisal Tanjung, mantan Pangab, ke istana. Feisal mengingatkan Habibie bahwa Prabowo adalah sosok yang terlalu bahaya bila harus memimpin AD. Kepada orang, Habibie kemudian hanya bisa berkata bahwa malam itu dia memang takut akan keselamatan nyawanya.
Readmore → Mengungkap Dalang Dibalik Peristiwa Mei 1998

Kata Mutiara Presiden Soekarno



Semakin saya pelajari sosok Soekarno, semakin bingung saya untuk mengatakan siapa Soekarno sebenarnya. Adakah dia seorang orang ulung, bisa saja dia seorang yang revolusionir dalam mengubah wajah negeri ini, atau mungkin dia juga seorang ahli filsafat atau mungkin juga wali Allah. Atau dapatkah juga saya katakan bahwa Bung Karno “Kombinasi” dari semuanya. Berikut ini kumpulan kata mutiara Bung Karno yang saya pecah menjadi beberapa bagian sesuai isi serta makna yang ada di dalamnya.
Kumpulan Kata-Kata Mutiara Bung Karno Presiden RI (1945 – 1966)
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. (Bung Karno)
“Bermimpilah setinggi langit jika engkau jatuh maka akan jatuh diantara bintang-bintang”. (Ir. Soekarno)
“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”.     (Bung Karno)
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” (Bung Karno)
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)
“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno)
“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)
“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)
“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)
“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” (Sarinah, hlm. 17/18 Bung Karno)
Amanat Bung KarnoTentang hubungan internasional
• Politik bebas bukanlah suatu politik yang mencari kedudukan netral jika pecah peperangan; politik bebas bukanlah suatu politik netralitas tanpa mempunyai warnanya Beograd; berpolitik bebas bukanlah berarti menjadi suatu negara penyangga antara kedua blok raksasa. [KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961 ]
• Berpolitik bebas berarti pengabdian yang aktip kepada tujuan yang luhur dari kemerdekaan, perdamaian kekal, keadilan sosial dan kemerdekaan untuk merdeka. Ia adalah tekad untuk mengabdi kepada tujuan ini; ia kongruen dengan hati nurani sosial manusia.  [KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• Politik Non-Blok adalah pembaktian kita secara aktip kepada perjuangan yang luhur untuk kemerdekaan, untuk perdamaian yang kekal, keadilan sosial dan kebebasan untuk Merdeka. [KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• Adalah menjadi keyakinan kita bersama kita bahwa, suatu polltik yang bebas merupakan jalan yang paling baik bagi kita masing-masing untuk memberikan suatu sumbangan yang tegas kearah pemeliharaan perdamaian dan pengurangan ketegangan-ketegangan Internasional.  [KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• “…..kita mempertahankan pendapat bahwa pembentukan blok-blok, apalagi jika berdasarkan kekuatan dan perlombaan persenjataan, hanya mengakibatkan peperangan.”  [KTT NON BLÖK, Beograd 1-9-1961]
• Kita menginginkan satu Dunia Baru penuh dengan perdamaian dan kesejahteraan, satu Dunia Baru tanpa imperialisme dan kolonialisme dan exploitation de l’homme par l’homme et de nation par nation. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Bangsa Indonesia (saya) berjanji pada diri Beograd untuk bekerja mencapai suatu Dunia yang lebih baik, suatu Dunia yang bebas dari sengketa dan ketegangan, suatu Dunia di mana anak-anak dapat tumbuh dengan bangga dan bebas, suatu Dunia di mana keadilan dan kesejahteraan berlaku untuk semua orang. Adakah suatu bangsa menolak janji semacam itu?”. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Dengan segala kesungguhan, saya katakan: kami bangsa-bangsa yang baru Merdeka bermaksud berjuang untuk kepentingan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Badan itu hanya dapat menjadi effective, bila Badantersebut mengikuti jalannya sejarah dan tidak mencoba untukmembendung atau mengalihkan ataupun menghambat jalannya. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Di zaman pembangunan bangsa-bangsa ini telah muncul kemungkinannya, keharusan akan suatu “Dunia” yang bebas dari ketakutan, bebas dari kekurangan, bebas dari penindasan-penindasan
Nasional. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Bagi suatu bangsa yang baru lahir stau suatu bangsa yang baru lahir kembali milik yang paling berharga adalah “kemerdekaan” dan “kedaulatan”. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Dunia kita yang satu ini terdiri dari Negara-negara Bangsa, masingmasing sama berdaulat, dan masing- masing berketetapan hati menjaga kedaulatan itu, dengan masing-masing berhak untuk menjaga
kedaulatan itu. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Dalam hal ini kita tidak hanya berjuang untuk kepentingan kitaBeograd melainkan kita berjuang untuk kepentingan ummat manusia. Seluruhnya, ya perjuangan kita lakukan untuk kepentingan mereka
yang kita tentang. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Bukanlah pion-pion yang di atas papan catur yang tuan-tuan hadapi. Yang tuan-tuen hadapi adalah manusia, impian-impian manusia, citacita manusla dan hari depan manusia. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Saya serukan kepada tuan-tuan kepada semua anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Bergeraklah bersama arusnya sejarah, janganlah mencoba membendung arus itu. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• . “Sesuatu” itu kami namakan “Pancasila”, ya “Pancasila” atau Lima Sendi Negara kami. Lima Sendi/Dasar tidaklah langsung berpangkal pada Manifesto komunis ataupun Declaration of Independence. Declaration of Independence memang, gagasan-gagasan dan cita-cita itu mungkin sudah ada sejak berabad-abad telah terkandung dalam bangsa kami. Dan memang tidak mengherankan bahwa paham-paham mengenai kekuatan yang besar dan kejantanan itu telah timbul dalam bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad kejayaan bangsa sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada suatu saat kelemahan Nasional.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]

• Singkirkan penyelewengan terhadap kemerdekaan dan emansipasi dan ancaman terhadap perdamaian akan lenyap. Tumbangkan Imperialisme dengan segera dengan Beogradnya Dunia akan menjadi suatu tempat yang lebih bersih, suatu tempat yang lebih baik dan suatu tempat yang lebih aman.
[Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]

• Bangunlah Dunia ini kembali! Banguniah Dunia ini kokoh kuat dan sehat! Bangunlah suatu Dunia di mana semua bangsa hidup dalam Damai dan Persaudaraan. Bangunlah Dunia yang sesuai dengan impian
dan cita-cita ummat manusia. [Membangun Dunia Kembali To Build The World a New, 30 September 1960]
• Masalah bangsa Asia harus diselesaikan oleh Bangsa Asia Beograd dengan cara-cara Asia. Asian Problems to be solved by themselves in Asian ways.  [Konferensi Maphilindo di Manila 1963]


(Dari berbagai sumber)
Readmore → Kata Mutiara Presiden Soekarno

Dibalik Layar Pergulatan Indonesia VS Australia




Aura perang dingin antara negeri paman sam (AS) dengan negeri panda (China) dalam beberapa tahun terakhir ini sangat dirasakan dampaknya hingga ke kawasan ASEAN. Pertarungan pengaruh diantara dua Negara besar dan kuat dapat dilihat dari aksi dukung-mendukung kedua Negara terhadap negara yang bersengketa seperti Taiwandan Korut.
Pada 1 Januari 2010, diketahui AS telah menjual rudal pertahanan udaranya kepada Taiwan seharga 6,5 miliar Dollar yang membuat Beijing marah besar dan menganggap langkah AS akan merusak hubungan antara Beijing dan Washington. Tapi AS tetap tidak bergeming karena menganggap china juga melakukan hal serupa dengan langkahnya mendukung Korut membuat dan mengembangkan senjata nuklir dimana langkah tersebut sudah pasti akan sangat membahayakan pangkalan AS dan sekutunya di kawasan Asia Pasifik.
China dan AS adalah dua Negara kuat yang terus mengembangkan kemampuan militernya guna melindungi kepentingan strategisnya dari berbagai macam ancaman dan tekanan serta sama-sama memiliki ambisi kuat menjadi Negara number one. Tak jarang pula kedua Negara melakukan saling intip kekuatan mulai dari aksi spionase hingga penyusupan lewat jaringan cyber untuk mendapatkan data-data terkait militer dan pertahanan kedua negara.
Saat ini AS telah memandang china sebagai ancaman bagi kepentingannya di kawasan baik secara ekonomi maupun militer. Sehingga perlu bagi AS untuk mengambil langkah bijak demi mengamankan kepentingan strategisnya dengan merangkul Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN lewat KTT ASEAN ke-19 beberapa waktu lalu di Bali guna menghadang pengaruh china di ASEAN sekaligus masuk kedalam konflik laut china selatan. Selain itu bergesernya 2500 pasukan marinir AS dari pangkalannya di jepang menuju Darwin Australia memperkuat dugaan bahwa AS sedang berusaha mengamankan posisinya yang semakin terancam dengan perkembangan China akhir-akhir ini. Dimana kemampuan militernya sudah mulai bisa menjangkau beberapa pangkalan militer AS di jepang. Pesawat tempur siluman J-20, rudal anti-kapal induk, rudal jelajah, rudal anti-satelit (ASAT) dan Kapal Induk Shi Lang adalah beberapa bukti kemampuan China yang dianggap sangat meresahkan posisi Paman Sam.

            Kabar agresifitas China di laut china selatan juga membuat AS khawatir dan panik sehingga membuat sang adidaya perlu untuk meningkatkan militernya di kawasan tersebut guna melindungi kepentingannya. Apalagi militer china kerap kali di ketahui melakukan provokasi di laut china selatan dengan kehadiran armada tempurnya di wilayah tersebut. Sang paman yang dulunya terlalu disibukkan dengan pergelaran perang Irak dan Afghanistan kini sudah mulai mengalihkan perhatiannya ke Asia tenggara karena tidak ingin lahannya di rebut oleh sang panda.

Konflik Laut China Selatan

            Melihat pengaruh China yang semakin kuat dan dominan, AS tidak senang dan tidak mau kecolongan apalagi sampai kehilangan eksistensinya di kawasan laut china selatan. Berbagai cara di lakukan untuk menekan pengaruh China termasuk rencana pergeseran 2500 personel militernya di wilayah bagian utara Australia yang hanxa berjarak sekitar 820 Km dari Indonesia.

Pentingnya kawasan tersebut bagi AS dapat dilihat dari kedatangan Presiden AS Barack Obama dalam pertemuan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Timur di Bali, Kamis (17/11). Dimana dalam pertemuan tersebut Obama mencoba menarik beberapa Negara yang tergabung dalam ASEAN untuk ikut serta berpartisipasi dalam menghadang pengaruh china yang dianggapnya agresif dalam sengketa laut china selatan seperti yang di laporkan oleh Vietnam dan Filipina di KTT-ASEAN.
Semakin memanasnya kawasan tersebut juga memaksa Filipina untuk mengirimkan kapal perang barunya yaitu Gregorio del pilar bekas kapal Coast Guard milik AS bersama kapal perang lainnya ke wilayah sengketa laut china selatan dan melakukan patroli. Karena jauhnya perbedaan kekuatan yang tidak sebanding dengan China, ternyata harus membuat Filipina mencoba menggalang suara dikomunitas ASEAN agar melakukan penentangan klaim laut china selatan atas territorial china sekaligus menggandeng AS masuk kedalam wilayah sengketa.
Presiden China Hu Jianto bereaksi keras melihat langkah AS yang menganggapnya sebagai sikap yang menantang china ditambah dengan penempatan ribuan personelnya di Australia yang akan semakin memperuncing permasalahan di kawasan tersebut. Hu menegaskan bahwa China memiliki hak untuk mengembangkan kepentingan nasionalnya tanpa melibatkan campur tangan Negara lain (AS) termasuk kepentingannya di laut china selatan namun ungkapan tersebut ditanggapi dingin oleh Obama.
Untuk mengawali langkah kebijakannya, AS akan mendatangkan pasukannya secara bertahap dan didukung dengan peralatan tempur canggih seperti F-22 Raptor dan C-17 Globe Master, sedangkan untuk pangkalannya seperti yang disampaikan Obama bahwa AS hanya akan menempati pangkalan lama milik Australia yaitu Robertson Barracks di Darwin. Sedangkan oleh China bahwa keberadaan pasukan AS di beberapa titik kawasan seperti Singapura, Jepang, Korea selatan, Guam dan Australia dipandangnya sebagai upaya AS untuk mengepung china yang terus berkembang secara signifikan baik secara militer maupun ekonomi.
Seperti yang kita ketahui, bahwa saat ini perekonomian AS sedang lesu dan mengalami defisit sebesar 98,5 milyar, sehingga membuat AS untuk terus mencari lahan baru dan mempertahankan lahan yang sudah ada. Itu sebabnya melihat potensi besar china di kawasan asia membuat AS tidak terima dan berusaha mengusirnya.
Hengkangnya pasukan AS dari timur tengah menuju asia tenggara sudah cukup menggambarkan bahwa kawasan ini sangat berharga bagi AS. Meski separuh anggaran pertahanannya di pangkas USD 400 miliar namun AS tetap tidak akan mengurangi kekuatannya dan mengorbankan kepentingannya di asia tenggara seperti yang pernah di ungkapkan oleh Obama pada pidatonya di KTT-ASEAN.
Lantas dimanakah AS akan menempatkan kepentingannya di laut china selatan? Menurut kutipan yang diambil dari kantor berita AFP (16/9), AS dan sekutunya Australia sangat berambisi untuk membebaskan jalur pelayaran di laut china selatan dan menjadikannya sebagai jalur internasional. Selain itu AS juga ingin menciptakan zona perdagangan bebas pasifik yang di kenal dengan sebutan Trans-Pasifik dimana China tidak termasuk didalamnya.
            Komandan Komando Pasifik AS Laksamana RobertF. Willard pernah mengungkapkan bahwa nilai jalur laut kawasan laut china selatan untuk perdagangan bilateral tahunan bernilai USD 5,3 triliun, dimana USD 1,2 triliun terkait dengan AS. Melihat besaran nilainya AS tidak mau kehilangan lahan basah tersebut akibat terlalu fokus ke perang Irak dan Afghanistan yang membuat negaranya mengalami defisit yang cukup besar akibat banyaknya biaya perang yang di keluarkan melebihi pagu.
Pengaruhnya bagi Indonesia
            Dengan berakhirnya perang perang Irak dan Afghanistan di timur tengah dan beralihnya fokus AS ke asia tenggara yaitu dengan rencana penempatan pasukannya di Australia dimana letaknya tidak jauh dari Indonesia sekitar 820 Km tentu akan memberikan dampak serta pengaruh buruk, baik secara politik, ekonomi dan militer bagi kepentingan nasional Indonesia kedepannya.
Pro dan kontra dari dalam negeri semakin tajam terlihat, tidak sedikit anggota DPR yang menolak penempatan pasukan AS dan menganggapnya akan dapat mempengaruhi stabilitas kawasan khususnya Indonesia dan Negara-negara ASEAN yang sedang bersengketa di laut china selatan. Suatu hal yang wajar mengingat kebijakan AS yang selalu berubah-ubah dan tidak pasti seperti yang diutarakan oleh pengamat  hubungan internasional dari Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana. Selain itu beberapa pengamat di Indonesia juga khawatir dan melihat bahwa tujuan AS dan pasukannya di negeri kangguru tersebut tidak lepas dari kepentingannya di papua dimana terdapat salah satu perusahaan emas terbesarnya yaitu Freeport McMoran serta upaya AS yang tengah bersiap menghadapi perubahan arah politik Indonesia yang dikhawatirkan akan berbalik dan menjauh dari kepentingan AS.
            Namun anggapan tersebut di tepis oleh sebagian kalangan pejabat tinggi di negeri ini yang menganggap langkah AS menempatkan pasukannya di Australia bukan sebagai sebuah ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) karena tujuan penempatannya adalah untuk misi kemanusiaan yang meliputi bencana alam dan lain sebagainya seperti yang di sampaikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya di KTT-ASEAN sesaat setelah mendapat penjelasan dari Presiden AS Barack Obama yang kemudian diamini oleh sebagian pejabat tinggi Negara termasuk Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Indonesia Letjen Marciano Norman.
Akan tetapi saat ini pun kok rasanya mulai ada indikasi seperti halnya peristiwa spionase yang tengah diduga Australia, pernah berusaha menyadap percakapan telepon presiden Yudhoyono, istrinya Ani Yudhoyono dan sejumlah menteri pada tahun 2009. Hingga awal november ini baru dapat terendus dan diketahui oleh pihak kepresidenan indonesia,  itu dipicu oleh bocoran dokumen whistleblower National Security Agency (NSA) Amerika Serikat, Edward Joseph Snowden perihal penyadapan ponsel Presiden Yudhoyono oleh intelijen Australia pada 2009. Selain ponsel Susilo Bambang Yudhoyono, Istrinya ada sembilan tokoh dan pejabat RI juga menjadi target penyadapan.
Dalam tempo yang nyaris bersamaan, Australia terlibat ketegangan dengan Indonesia dan China terkait masalah yang berlainan. Pengamat politik di Australia, mengatakan, diplomasi negara pimpinan Perdana Menteri Abbott itu sedang diuji. Dengan Indonesia, Australia tengah dilanda ketegangan diplomatik, setelah skandal penyadapan intelijen Australia terhadap ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sembilan tokoh lainnya pada 2009 terbongkar. Australia sempat membalas dengan menuding, Indonesia dan China bersekongkol menyadap Australia.
Sedangkan dengan China, Australia terlibat ketegangan diplomatik, setelah protes Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop atas klaim blok udara Laut China Timur oleh Beijing ditanggapi keras. Yang terbaru, Australia, kemarin (28/11/2013) memanggil duta besar China yang berada di Australia.
Dari rangkaian ketegangan itu, Pemerintahan Tony Abbott dianggap tidak menyadari realitas kekuatan di Asia. ”Mereka (Australia) telah lari cepat dari realitas, bahwa distribusi kekuasaan di Asia telah bergeser,” kata Hugh White, profesor bidang Studi Politik dan Strategi di Universitas Internasional Australia, seperti dikutip Reuters.
”Mereka berurusan dengan kedua negara, Indonesia dan China yang lebih kuat dari yang mereka mengerti,” lanjut White.
Australia, kini dalam dilema, karena bulan depan akan mengambil alih ketua G20, di mana kelompok negara-negara itu, bergantung kepada China dan negara-negara Asia lain untuk membeli sebagian besar ekspornya.
Kekhwatiran itu juga dirasakan PM Tony Abbott. "Saya berharap China menjadi mitra ekonomi yang kuat dan berharga dari kita, tapi saya pikir China sepenuhnya memahami bahwa pada beberapa masalah kita akan mengambil posisi yang berbeda untuk mereka,” kata Abbott, Kamis (28/11/2013).           
Yang menjadi pertanyaan, apakah pemerintah RI sudah siap bila sewaktu-waktu pemerintahan AS merubah kebijakan politiknya untuk Indonesia ketika urusan dengan China di laut china selatan telah usai, mengingat AS juga sudah melakukan pengkajian penguasaan geopolitik di kawasan dalam jangka waktu 20 tahun kedepan?
Indonesia memiliki kekayaan alam yang besar dari minyak, tambang, hutan dsb. Tentunya hal itu akan membuat negara lain mengincar wilayah Indonesia. Jadi ada potensi jika suatu saat ada negara lain yang ingin menyerang Indonesia. Saat ini ada kecurigaan ketika tentara Amerika Serikat merencanakan akan membuat pangkalan di kepulauan Cocos Australia yang dekat dengan Pulau Jawa. Amerika Serikat rencananya juga akan mengirim ribuan Pasukan di Darwin Australia. Walaupun alasan mereka bukan untuk agresi ke wilayah Indonesia namun hal itu patut diwaspadai mengingat Amerika Serikat sering menginvansi ke negara lain. Ancaman lainnya datang dari negeri serumpun seperti Malaysia yang saat ini masih mengklaim wilayah Ambalat yang kaya minyak sebagai wilayahnya. Ancaman dari China juga ada karena China mengklaim wilayah laut cina selatan yang termasuk di dalamnya berdekatan dengan wilayah Kepulauan Natuna milik Indonesia.
Kekuatan militer Indonesia memang sulit diremehkan. Jika melihat jumlah rakyat Indonesia yang 240 juta maka jika terjadi perang, Indonesia akan mudah merekrut jutaan tentara dari rakyat belum lagi tentara terlatih sebelumnya dari TNI. DPR saat ini juga sedang membahas draft Rancangan Undang-undang Komponen CadanganPertahanan Negara (KCPN) yang dalam pasalnya berisi wajib militer bagi warga negara Indonesia sesuai syarat tertentu.
Indonesia saat ini juga sudah memiliki PT PAL, PT DI dan Pindad sebagai industri hankam strategis untuk perkuatan alutsista. PT PAL saat ini sudah mampu membuat kapal perang sendiri. Bahkan rencananya PT PAL juga akan membangun kapal selam sendiri. PT DI juga dikabarkan akan bekerjasama dengan Korea Selatan untuk membangun pesawat tempur sendiri, disamping mereka sudah bisa membuat pesawat angkut militer seperti CN 235 dan CN 295. PT Pindad tidak mau kalah. Mereka juga memproduksi kendaraan militer untuk pasukan darat seperti tank anoa dan juga medium tank. Sedangkan LAPAN juga turut membantu membuat alutsista seperti teknologi untuk peluru kendali.
Disamping kekuatan bersenjata, Indonesia juga memiliki hubungan yang kuat dengan negara lain yang tentunya akan menentang setiap serangan asing ke negara Indonesia. Mungkin hubungan ini bisa ditingkatkan menjadi hubungan pertahanan militer seperti NATO misalnya.
Kita dapat mengambil pelajaran bagaimana negara-negara barat menyerang Afganistan dan Irak. Perang yang mereka lakukan awalnya melalui serangan jarak jauh melalui peluru kendali dan juga serangan dari udara melalui pesawat militer. Jika Indonesia ingin bertahan dari serangan itu maka pertahanan udara Indonesia harus diperkuat. Tapi kemenangan tidak akan bisa dicapai jika selalu bertahan. Indonesia juga harus mampu melakukan serangan balik yaitu menyerang langsung ke pusat negara yang menyerang Indonesia. Hal itu dilakukan Amerika Serikat ketika memenangkan perang melawan Jepang. Indonesia juga harus memiliki nuklir agar negara lain takut terhadap Indonesia. Ketika ada serangan datang maka nuklir bisa meluncur ke negara-negara penyerang. Karena itu negara yang memiliki nuklir lebih aman dari ancaman serangan karena sang penyerang tentunya takut juga diserang nuklir.

Indonesia memang akan bertahan ketika ada serangan dari luar namun Indonesia bisa hancur ketika bisa diadu domba antar rakyat sendiri. Hal ini pernah dilakukan Belandaketika menjajah Indonesia dulu. Persatuan Indonesia sangat penting untuk melindungi keberadaan negara ini.
Readmore → Dibalik Layar Pergulatan Indonesia VS Australia